Apakah imma’ah itu?

Pada masa ini, di antara sekian banyak hal yang mungkin harus diselesaikan, masalah lisan adalah paling peka dan paling rawan. Sebab, masalah memperlaukan lisan ini mempengaruhi keseluruhan masalah lain, termasuk dalam hal bersilaturahim.

Saya mohon perlindungan Allah dari kekejian lisan saya sendiri.

Ada dua hal yang perlu dijaga dalam memperlakukan lisan. Pertama, menjaga lidah dalam mengucapkian kata-kata (hifdhul-lisan). Kedua, menjaga persepsi kita terhadapa apa yang kita dengar dari lisan orang lain.

Suatu ketika Uqbah bin Amir r.a. bertanya, “YA Rasulullah, apakah keselamatan itu?”
Beliau menjawab, “Tahanlah lisanmu, kerasanlah di rumahmu, dan tangisilah dosamu.” (HR Tirmidzi).

Al-Maqdisi mengetengahkan sebuah hadis, bahawa Rasulullah Saw. Bersabda, “Berikan penafsiran yang terbaik tentang apa yang kau dengar, dan apa yang diucapkan saudaramu, sampai engkau menghabiskan semua kemungkinan dalam arah itu.”

Suatu ketika Imam Ahmad bin Hanbal ditanya mengenaio hadis, “Jika sesuatu yang mungkin diucapkan oleh saudaramu, berikan interpretasi yang terbaik sampai engkau tidak dapat menemukan alas an untuk melakukannya.”

Menanggapi pertanyya tersebut Imam berkata, “Carilah alas an untuknya dengan mengatakan mungkin dia berkata begini, atau mungkin maksudnya begini.”

Tabayyun (meminta penjelasan) adalah bentuk lain supaya untuk mendapatkan interpretasi sesuai dengan yang dimaksudkan oleh orang yang mengucapkannya. Bisa jadi kita mendengar langsung dengan orang yang berbicara, tetapi kita mengkapnya tidak sebagaimana dimaksud. Di sinilah tabayyun (mengecek kebenaran informasi) diperlukan.

Rasulullah Saw. Juga diriwayatkan pernah bersabda,

“Janganlah salah sati di antara kamu sekalian berimma’ah, yang jika orang lain baik maka engkau baik, dan jika mereka jelek maka engkau ikut jelek pula. Akan tetapi hendaklah engkau tetap konsisten terhadap (keputusan dirimu. Jika orang-orang baik, maka engkau juga baik; dan jika mereka jelek, hendaklah engkau menjauhinya keburukan mereka.” (HR Tirmidzi)

Apakah imma’ah itu? Kita minta Muhammad Hashim Kamali, seorang guru besar ilmu fiqih pada International Islamic University, Malaysia untuk menjelaskan. Menurutnya, imma’ah adalah, “Memuji atau mencela orang lain tanpa alas an, tetapi semata-mata kerana dia melihat orang lain melakukan hal itu.”

Kita imma’ah ketika kita dengan cepat menyimpulkan ucapan orang lain hanya dari mendengar selintas. Kita juga imma’ah kalau kita segera memberikan pujian kerana mendengar khabar sekadar mengenai dia.

Saya mohon ampunan kepada Allah atas berbagai perbuatan imma’ah yang saya lakukan kerana ketidaktahuan saya atau kerana kecerobohan saya. Saya meminta maaf kepada Anda jika saya pernah gegabah menyimpulkan ucapan Anda, padahal saya belum memeriksanya.

Apa pun, kita mengharap pertolongan Allah dalam proses menumbuhkan kehangatan dan keakraban. Adapun kesulitan dalam proses melahirkan kesetiaan dan kelurusan niat, bagi kita ketenteraman, mawaddah wa rahmah hingga hari kiamat kelak. Allahumma Amin.

Rahmat Allah datang dalam berbagai bentuk. (“;)

0 comments: